-->

Transformasi Digital dan Inovasi Hijau, Kunci Masa Depan Industri Sawit Indonesia

Editor: Redaksi author photo

 






Medan - Jurnalisku.com

Di tengah tantangan global terhadap isu keberlanjutan dan menurunnya minat terhadap ajang pameran fisik, industri sawit nasional terus mendorong transformasi digital sebagai langkah strategis menghadapi masa depan. Hal ini menjadi sorotan utama dalam pembukaan Palmex Indonesia 2025, pameran kelapa sawit terbesar di Asia Tenggara, yang digelar di Hotel Dyandra, Medan, Selasa (7/10/2025).

Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Sumatera Utara, Firsal Mutyara, yang membuka acara secara resmi, menegaskan bahwa Sumatera Utara siap menjadi motor utama industri sawit berkelanjutan di Indonesia.

“Digitalisasi bukan hanya tentang efisiensi, tapi bagaimana kita membangun sistem industri sawit yang lebih transparan, hijau, dan berkelanjutan,” ujarnya di hadapan ratusan pelaku usaha sawit, akademisi, dan perwakilan pemerintah.

Palmex Indonesia tahun ini digelar selama tiga hari, 7–9 Oktober 2025, diikuti oleh berbagai perusahaan dalam dan luar negeri. Namun, penyelenggara mengakui adanya penurunan minat pengunjung dibanding tahun-tahun sebelumnya, dengan target kunjungan hanya sekitar 6.000 hingga 7.000 orang. Pergeseran ke format virtual, tingginya biaya perjalanan, dan tekanan ekonomi global menjadi penyebab utama.

Meski demikian, Palmex tetap menjadi ajang strategis untuk menampilkan inovasi teknologi, menjalin kemitraan industri, serta menyuarakan agenda besar: menjaga eksistensi sawit Indonesia di pasar global dengan pendekatan yang lebih ramah lingkungan.

Mantan Menteri Pertanian, Bungaran Saragih, yang turut hadir dalam pembukaan, memberikan catatan penting tentang arah pengembangan industri sawit nasional. Ia menekankan bahwa Indonesia tak cukup hanya menjadi produsen terbesar, tapi juga harus menjadi pemain utama dalam inovasi produk dan teknologi.

“Setiap rantai produksi, dari hulu hingga hilir, harus terdigitalisasi. Itu kunci daya saing global kita,” ujar Bungaran, seraya menyebut pentingnya peran pemerintah dalam mendukung pameran seperti Palmex sebagai ruang kolaborasi dan modernisasi industri.

Industri sawit Indonesia hingga kini masih menghadapi sorotan tajam dari pasar internasional, terutama terkait isu deforestasi, hak buruh, dan keberlanjutan. Firsal Mutyara menyebut, Kadin Sumut terus mendorong kolaborasi erat antara pelaku usaha, pemerintah, dan akademisi untuk menciptakan ekosistem industri yang tak hanya kuat secara ekonomi, tetapi juga bertanggung jawab secara sosial dan lingkungan.


“Tantangan utama kita saat ini adalah membuktikan bahwa sawit Indonesia bisa hijau dan beretika, tanpa kehilangan daya saing,” tuturnya.

Palmex Indonesia 2025 menjadi penanda penting bahwa meskipun antusiasme publik menurun, semangat untuk memperkuat sektor sawit nasional tetap bergelora — dengan arah baru yang lebih cerdas, berkelanjutan, dan terkoneksi secara digital.(Red)

Share:
Komentar

Berita Terkini